Campur Kode Pada KaLangan Mahasantri Baru Ma’had Sunan Ampel Al-ali UIN Malang 2008
Moh. Jufri
05320121
Abstract
This article is going to analyse the phenomenon of code-mixing that happened to the new students of Ma’had Sunan Ampel Al-ali UIN Malang focusing on the cases and the factors of code-mixing. It happened because of situation, personality, and the effectiveness of the message. The writer really hope to all of the readers to love and use their mother’s language. .
1. Pendahuluan
Ma’had Sunan Al-ali UIN Malang adalah salah satu pesantren kampus, di mana mahasiswa baru harus menempati ma’had selama dua semester atau satu tahun. Mahasiswa yang tinggal di ma’had ini berasal dari berbagai macam daerah dan suku, sehingga terjadadilah kontak bahasa. Mereka ada yang bersal dari, Madura, Jawa, Kalimantan, Sumatra bahkan ada yang berasal dari luar negeri.
Keberagam bahasa yang dimiliki oleh mahasantri Ma’had Sunan Ampel Al-ali secara relatif akan menimbulkan hambatan dalam proses komunikasi antarteman yang hetrogen. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika mahasantri baru Ma’had Sunan Ampel Al-ali memiliki kemampuan dwibahasa (bilingual) atau anekabahasa (multilingual). Apalagi, mahasiswa yang mengambil jurusan Bahasa dan Sastra Arab dan Inggris, mereka akan menguasai anekabahasa sekaligus, yaitu bahasa ibu, bahasa Indonesia, dan bahasa Arab atau Inggris.
Dengan adanya sentuh bahasa, maka terjadi saling mempengaruhi antara bahasa daerah mereka masing dengan bahasa Indonesia bahkan bahasa Arab dan Inggris. Pada situasi tertentu sangat mungkin sekali mahasantri Ma’had Sunan Ampel Al-ali untuk melakan campur kode dalam kumunikasinya.
Dari uraian di atas, artikel ini sangatlah penting untuk dibahas lebih mendalam, karena untuk mengungkapkan ;faktor apa yang menyebabkan mahasanti Ma’had Sunan Ampel Al-Ali campur kode dalam komunikasi mereka serta untuk mendeskrpsikan jenis-jenis campur kode yang mereka lakukan.
2. Pembahasan
2.1 Defenisi Campur Kode
Abdu Chaer dan Leonic Agistina (1995 : 158) menyatakan bahwa, campur kode adalah digunukannya serpihan-serpihan dari bahasa lain dalam menggunakan suatu bahasa, yang mungkin diperlukan dengan tanpa disadari, sehingga tidak dianggap suatu kesalahan atau penyimpangan.
Thelender (1976 : 103) mencoba menjelaskan, campur kode adalah suatu peristiwa tutur, klausa-klausa maupun frase-frase yang digunakan terdiri dari klausa dan frase campuran (hybrid clauses), dan masing-masing klausa atau frase itu tidak lagi mendukung fungsi sendiri-sendiri. Dia juga mengatakan , memang ada kemungkinan terjadi perkembangan dari alih kode ke campur kode. Perkembangan ini, misalnya, dapat dilihat kalau ada usaha mengurangi kehibridan klausa-klausa atau frase-frase yang digunakan, serta memberi fungsi-fungsi tertentu sesuai dengan keotonomian bahasanya masing-masing.
Campur kode merupakan suatu keadaan ketika orang mencampurkan dua atau lebih bahasa atau ragam bahasa dalam suatu peristiwa tutur (speech-act). Peristiwa tersebut lebih banyak disebabkan oleh faktor-faktor luar bahasa, terutama faktor-faktor yang sifatnya sosio-situasional (Soewito 1985 : 72)
2.2 Sebab-sebab Terjadinya Campur Kode
Jurnal bahasa dan sastra Tuah Talino (2005 : 75) menyatakan, salah satu gejala campur kode ialah ketika unsur-unsur bahasa atau variasai-variasinya yang menyisip di dalam bahasa lain tidak lagi mempunyai fungsi tetsendiri. Unsur-unsur itu telah menyatu denagan bahasa yang disisippnya dan secara keseluruhan hanya mendukung satu fungsi. Dalam kondisi yang maksimal campur kode merupakan konvergensi kebahasaan yang unsur-unsurnya berasal dari beberapa bahasa yang masing-masing telah menganggalkan fungsinya dan mendukung fungsi bahasa yang disisipnya.
2.3 Macam-macam Campur Kode
Jurnal bahasa dan sastra Tuah Talino (2005 : 76) menjelaskan, campur kode dalam diklasifikasikan menjadi dua macam
1. campur kode ke dalam (inner code-mixing)
Yang mana sumbernya adalah bahasa asli dengan variasinya. Campur kode ke dalam ini mencakup pencampuran antara bahaha Madura, Jawa, Kalimantan, Indonesia, dan semua bahasa daerah.
2. campur kode ke luar (outer code mixing)
Yang sumbernya dari bahasa asing. Campur kode keluar mencakup percampuran antara bahasa daerah, Indonesia dan bahasa Arab atau Inggris.
2.4 Campur Kode antara Bahasa Madura, Indonesia, Arab, dan Inggris
Campur kode antara bahasa Madura, Indonesia, Arab, dan Inggris sangat sering dilakukan oleh mahasantri baru Ma’had Sunan Ampel Al-ali UIN Malang. Ini dikarenakan mayoritas mahasantri Ma’had Sunan Ampel Al-ali berasal dari Madura, sehingga mereka dengan mudah mencampur bahasa mereka dalam berkomunikasi sehari-hari. Selain itu juga mahasantri yang berasal dari Madura kebanyakan mengambil jurusan bahasa dan sastra Arab atau Inggris.
Unsur bahasa Indonesia, Madura, Arab dan Inggris yang bercampur berupa kata. Perhatikanlah ekspresi berikut
1. saya mau beli book (saya mau beli buku)
2. senngok cek terronah belajar every times (saya ingin belajar setiap saat)
3. saya tedungah (saya ingin tidur)
4. kenapa antum tidak kuliah pada jam pertama? (kenapa kamu tadi tidak kuliah pada jam pertama?)
5. ana study English (saya belajar bahasa Inggris)
6. ana adzhabu ilal campus (saya berangkat ke kampus)
2.5 Campur Kode antara Bahasa Jawa, Indonesia, Arab, dan Inggris
Campur Kode antara bahasa Jawa, Indonesia, Arab, dan Inggris sangatlah sering sekali dilakukan oleh mahasantri baru Ma’had Sunan Ampel Al-ali UIN Malang 2008, hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor
1. Universtas UIN Malang terletak di kota Malang (Jawa)
2. Para mahasantri yang dari luar Jawa cepat menguasai bahasa Jawa khusunya bahasa Malang
Unsur bahasa Indonesia, Jawa, Arab dan Inggris yang bercampur berupa kata. Perhatikanlah ekspresi berikut
1. saya mau ngetik enggih? (saya mau ngetik ya?)
2. awakmu arep belajar ta?(kamu ingin belajar ta?)
3. antum iki arep turu nen endi? (kamu mau tidur di mana?)
4. I am still typing rek (saya sedang mengetik)
5. I will buy kolam (saya akan beli pencil)
6. sekarang saya mau dinner (makan malam)
3. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut
1. Dalam peristiwa tutur pada mahasantri baru Ma’had Sunan Ampel Al-ali UIN Malang terjadi campur kode. Campur kode yang terjadi berupa percampuran kode antara bahasa Indonesia, Jawa, Madura, dan bahasa daerah lainnya serta bahasa Inggris dan Arab.
2. Faktor penyebab terjadinya campur kode dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu sikap dan kebahasaan. Kedua faktor tersebut berupa
a. identifikasi peranan, dipengaruhi oleh faktor sosial dan edukasional
b. identifikasi ragam, disebabkan oleh bahasa yang digunakan akan menempatkan mereka dalam tatanan status sosial
c. keinginan untuk menjelaskan dan menafsirkan, hal ini dikarenakan untuk turut menandai sikap dan hubungan terhadap kawan bicara atau sebaliknya.
Daftar Pustaka
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 1995. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta
Kurniati, Ai 2005. Tuah Talino. Pontianak: Pusat Bahasa
Thelander, Mats. 1976. “Code Switching and Code-Mixing?” dalam International Journal of The Sociology of Language 10: 103-124
Suwito. 1983. Sosiolinguistik : Teori dan Problema. Surakarta: Kenary Offset
Jurnal Bahasa dan Sastra “ Tuah Talino”.2005. Balai Bahasa Pusat Bahasa Depertemen Pendidikan Nasional Pontianak
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar